Minggu, 20 Desember 2009

Konser Koin untuk Keadilan Sumbang Rp 15 Juta Lebih untuk Prita

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Pundi-pundi koin sumbangan bagi Prita Mulyasari terus bertambah. Konser Koin untuk Keadilan yang di gelar di Hard Rock Cafe berhasil mengumpulkan Rp 15 juta lebih untuk Prita.

"Sampai jam 8 malam ini telah terkumpul Rp 15.800.000 ditambah sumbangan dari penjualan kaos Rp 2.880.000," ujar Master Of Ceremony (MC) acara tersebut ketika memandu acara Konser Koin untuk Keadilan di Hard Rock Cafe, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (20/12/2009) malam.

Dalam acara tersebut Prita juga datang. Wanita berkerudung ini pun menjadi 'bintang' dalam konser amal yang diselenggarakan untuk mendukungnya. Acara yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB tersebut tampak diserbu pengunjung yang ingin memberikan bantuan kepada Prita.

Acara amal tersebut semakin meriah dengan kehadiran band-band dan artis papan atas Indonesia, seperti Slank, Gigi, Sheila on Seven, Sherina, Ari Lasso dan TT DJ. Rencananya Prita yang tengah hamil dua bulan ini akan menggelar jumpa pers terkait dengan dukungan kepada dirinya di cafe tersebut.

Jumat, 18 Desember 2009

Bisnis Internasional

December 18, 2009

1. Sebutkan dan jelaskan mengapa suatu negara melakukan bisnis internasional?

  • Kemampuan suatu negara dalam memproduksi barang/jasa terbatas.
  • Adanya manfaat yang diperoleh dari perbedaan harga.
  • Adanya perbedaan faktor produksi yang dimilki masing-masing negara, misalnya Indonesia memiliki banyak sumber minyak bumi tapi memerlukan tenaga kerja ahli yang handal untuk mengambilnya.
  • Perbedaan sosial budaya
  • Perbedaan selera masyarakat
  • Adanya sarana komunikasi dan transportasi

2. Sebutkan dan jelaskan manfaat bisnis internasional bagi negara kita (Indonesia) !

  • Memenuhi kebutuhan dalam negeri, dapat memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
  • Menambah devisa negara, pemasukan untuk negara sendiri.
  • Adanya spsialisasi produk, misal produk yang hanya bisa diproduksi oleh Indonesia seperti batik.
  • Terjadinya perluasan pasar, tempat kita memasarkan produk menjadi lebih luas.
  • Peningkatan mutu produk, dapat memperbaiki produk sendiri menggunakan teknologi negara lain yang lebih maju.

3. Apa saja yang menjadi hambatan bagi suatu negara dalam melakukan bisnis internasional?jelaskan!

  • Tarif, suatu pembelian atas barang yang melintas daerah pabean, daerah pabean adalah daerah geografis dimana barang-barang bebas tanpa dikenai bea cukai.
  • Kuota impor, merupakan pembatasan mutlak terhadap volume barang tertentu untuk melindungi produsen dalam negeri.
  • Exchange control, adalah suatu bentuk campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi internasional untuk mengatur dan menetapkan penggunaan devisa tersebut.
  • State trading operation, dalam hal pemerintah melakukan sendiri pandangan internasional.
  • Birokrasi yang berbelit, hambatan perdagangan luar negeri juga dapat berasal dari birokrasi yang berbelit.
  • Keadaan politik dan keamanan, tidak stabil dapat menghambat kegiatan perdagangan luar negeri seperti negara yang sedang perang.

4. Apa pendapat kelompok anda tentang bisnis internasional yang dilaksanakan di Indonesia? jelaskan!

  • Menurut kelompo kami, sampai saat ini Indonesia sudah memiliki relasi bisnis yang cukup baik dengan negara-negara lain di sekitarnya, oleh karena itu Indonesia juga sering mendapat bantuan dari negara lain.

Oleh:

  • Pandu Harimukti (26209966)
  • Tifani Nikita (20209939)
  • Indra Prayoga (23209123)
  • Aditya Prasetya (22209086)

Kelas 1EB01

Minggu, 06 Desember 2009

"DUO" GUNADARMA INGIN CETAK SEJARAH

Seri ketiga Liga Futsal Mahasiswa Jakarta 2009 di My Futsal arena menjadi pertaruhan besar bagi dua tim universitas Gunadarma. Kedua tim saat ini berada di posisi keempat dan kelima. Bagi GUnadarma X-Malang peluang mereka cukup besar untuk lolos ke babak final four, sementara Gunadarma Depok peluang mereka walaupun tetap terbuka namun agak berat. Pasalnya di seri ketiga tiga tim yang akan dihadapinya adalah tiga tim papan atas (Binus, UNJ dan UBL)

UBL yang seri kedua kemarin mendapatkan hasil sempurna tampaknya tidak akan tergoyahkan di puncak klasemen, begitu juga dengan UNJ (nilai 21) yang berada di posisi kedua selisih satu point dengan UBL (22). Dua posisi terakhir akan diperbutkan oleh Binus, Gundar X-Malang, Gunadarma Depok dan Moestopo. Peluang "duo" Gunadarma akan ditentukan di seri terakhir ini jika kalah salah satunya bakalan tergellincir, tetapi apabila berhasil lolos maka keduanya akan mencetak sejarah di ajang liga mahasiswa Jakarta yang sudah diselenggarakan kelima kalinya ini.

Di pihak lain, Binus dengan pemain utamanya Al Haidar sangat optimis masuk ke final four tahun ini. Jika mereka menang atas Gunadarma Depok sudah dipastikan melancarkan jalannya lolos ke final four. Pasalnya Binus akan melawan STBA LIA yang notabene adalah tim lemah, sebelum berhadapan dengan Gunadarma X-Malang di hari terakhir.

Rabu, 25 November 2009

Pecah Rekor Jamaah Shalat Id Masjid Moskow

Pertama dalam sejarah, shalat Idul Fitri di Masjid Jami Moskow diikuti puluhan ribu orang. Tahun ini jumlah kaum Muslim yang mengikuti shalat Idul Fitri di Masjid Jami Moskow lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut pejabat keamanan setempat, shalat Idul Fitri pada 20 September 2009 itu diikuti oleh lebih dari 50.000 jamaah.
Semuanya sujud kepada Allah







Ya Allah ampunilah mereka, lindungilah mereka, murahkanlah rejeki yang halal untuk mereka. Ya Allah, berikanlah mereka kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Pembohongan tentang kiamat 2012, suku maya sendiri tidak tertarik atas ramalan itu




Sudah beberapa tahun ini kita disuguhkan dengan sebuah wacana baru, yaitu kalender Maya dan kiamat 2012. Setiap kali kita membaca mengenai hal ini di media, kita selalu dibuat untuk percaya bahwa suku Maya meramalkan dunia akan berakhir tahun 2012. Benarkah mereka meramalkan hal itu ?
Pada kalender yang dibuat oleh bangsa Maya, 21 Desember 2012 adalah akhir dari perhitungan kalender tersebut dan selama ini kalender bangsa Maya terbukti keakuratannya. Sehingga, banyak orang menyimpulkan bahwa tanggal tersebut hari kiamat akan datang dan semua umat manusia akan musnah. Namun, suku Maya saat ini secara keseluruhan tidak menaruh ketertarikan apapun pada 2012.


Mulai dari film Holywood, buku-buku, website, surat kabar hingga iklan ramalan di televisi menggunakan nama Suku Maya untuk menyebut ramalan kiamat 2012. Namun mungkin banyak dari anda yang belum mengetahui bahwa Suku Maya sesungguhnya tidak pernah mengatakan bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2012.
Arkeolog Maya, Jose Huchm mengeluh bahwa, “Bila aku pergi ke komunitas penutur bahasa Maya dan menanyakan orang-orang apa yang akan terjadi pada 2012, mereka tak tahu apa-apa. Dan jika engkau berkata kepada mereka bahwa dunia akan berakhir pada tahun 2012, pasti mereka tidak akan mempercayaimu.”
Ya, anda tidak salah mendengar. Kiamat 2012 adalah sebuah penafsiran yang dikeluarkan oleh beberapa peneliti asing yang mempelajari suku Maya. Dengan kombinasi marketing yang efisien, penafsiran ini menyebar ke seluruh dunia. Efeknya, selain aliran uang, adalah ketakutan di kalangan masyarakat awam.
Sebenarnya penafsiran ini telah sejak awal ditentang oleh peneliti-peneliti arkeolog lainnya. Namun, kita maklum, media hanya akan memberitakan teori yang paling kontroversial. Jadi saya ingin membahas topik ini dengan melihatnya dari sudut pandang yang berlawanan.
Walaupun kelihatannya heboh, selama ini saya memandang kiamat 2012 hanya sebagai wacana dan interpretasi arkeologi. Bukan sebagai penafsiran agama. Jadi, jika anda membaca tulisan ini, pandanglah dari segi itu juga. Anggap saja kita sedang membaca salah satu diantara puluhan teori arekeologi yang terselip di buku pelajaran sekolah kita.
Supaya adil, mengingat bahwa penafsiran kiamat 2012 datang dari “ahli suku maya”, maka saya akan mengajak anda untuk melihat penolakan yang juga datang dari “ahli suku maya” lainnya. Mereka meneliti inskripsi yang sama, mereka meneliti suku dan kelender yang sama. Jadi saya rasa, fair enough.
Argumen yang menentang penafsiran kiamat 2012 datang dari interpretasi yang berbeda terhadap peninggalan-peninggalan suku Maya. Untuk mencegah tulisan ini menjadi panjang, saya hanya akan menyinggung tiga diantaranya yang saya anggap argumen terbaik, yaitu :

1. Inskripsi Monumen Tortuguero

Penjelasan Singkat : Kita mulai dari sebuah fakta yang mungkin belum anda ketahui. Apabila kita cuma mengenal satu jenis kalender, yaitu kalender Gregorian, maka suku Maya memiliki 22 jenis kelender. Tapi lupakan 22 kalender tersebut, kita hanya akan membahas 3 kalender yang paling termashyur.
Tiga kalender tersebut adalah :
Tzolkin
Terdiri dari satu siklus religius yang terdiri dari 260 hari. Tzolkin terdiri dari 20 minggu yang masing-masing terdiri dari 13 hari (13 hari x 20 minggu = 260 hari). Masing-masing minggu memiliki logonya sendiri seperti zodiak atau shio Cina.
Haab
Terdiri dari 365 hari, sama seperti kalender yang kita pakai. Haab terdiri dari 18 bulan yang masing-masing terdiri dari 20 hari (20 hari X 18 bulan = 360 hari). Ada sisa lima hari yang sering dianggap sial karena tidak masuk ke bulan manapun. Masing-masing bulan punya logonya sendiri-sendiri .
Kedua kalender ini adalah kalender siklus yang berbentuk lingkaran dan akan saling bertemu setelah 52 Haab.
Sekarang, lupakan kedua kelender tersebut. Kita akan melihat kalender ketiga yang sering dikaitkan dengan kiamat 2012.
Long Count
Berbeda dengan Tzolkin dan Haab yang merupakan kalender siklus, Long Count adalah kalender linear yang dimulai dari hari 1, sama seperti kalender yang kita pakai. Apabila kita memulai kalender kita dari tahun 1 Masehi. Maka Kalender Long Count dimulai dari tanggal 13 Agustus 3114 SM (Tanggal penciptaan bumi menurut suku Maya).
Kalender gregorian yang kita pakai memiliki unsur Hari, minggu, bulan dan tahun. Sedangkan Long count memiliki unsur kin, uinal, tun, katun, baktun.
1 kin = 1 hari
1 uinal = 20 kin = 20 hari
1 tun = 18 uinal = 360 kin = 360 hari
1 katun = 20 tun = 7.200 kin = 7.200 hari
1 baktun = 20 katun = 144.000 kin = 144.000 hari
Penulisan kalender maya harus mengikuti urutan-urutan diatas namun dimulai dari kanan.
Contoh :
Tanggal 12-09-2009 – format gregorian.
Saya mengkonversi tanggal diatas ke format kalender long count dengan menggunakan software yang saya dapatkan di internet dan format tanggalnya berubah menjadi seperti ini :
12.19.16.12.4 – format long count.
Artinya 12 baktun, 19 katun, 16 tun, 12 uinal, 4 kin. Apabila kita konversi ke jumlah hari (kin), maka :
(12 x 144.000) + (19 x 7200) + (16 x 360) + (12 x 20) + (4 x 1) = 1.870.804 hari sejak penciptaan.
Mudah dipahami kan ?
Tapi kalo anda bingung. Lupakan istilah-istilah diatas. Untuk mengetahui asal datangnya 21 Desember 2012, ingat saja yang ini :
1 baktun sama dengan 144.000 hari.
Lantas darimana tahun 2012 berasal?
Menurut sebuah buku yang bernama Popol Vuh yang menceritakan detail penciptaan, kita hidup pada masa penciptaan ke-4. Popol Vuh menceritakan bahwa tiga penciptaan pertama gagal dilakukan oleh dewa. Penciptaan ke-4 lah yang berhasil dan manusia ditempatkan di bumi.
Menurut Long Count Maya, penciptaan ke-3 yang gagal berakhir pada tanggal 13 Agustus 3114 SM.
Penciptaan ke-4 dimulai pada tanggal itu dan akan berakhir setelah 13 baktun.
13 baktun apabila ditulis dengan format Maya menjadi 13.0.0.0.0. Lalu dengan menggunakan metode perhitungan yang saya contohkan diatas, maka hasilnya adalah :
13 baktun x 144.000 hari = 1.872.000 hari = 5.125 tahun. Ingat, 1 baktun = 144.000 hari.
Jika dihitung dari tanggal 13 Agustus 3114 SM, maka hari ke 1.872.000 akan jatuh pada tanggal 21 Desember 2012.
Sekarang mengerti khan?
Menurut suku Maya, hari penciptaan akan berakhir pada baktun ke-13. Ini disebut siklus besar. Dari sinilah datang tafsiran kiamat 21 Desember 2012.

Seperti yang sudah saya katakan bahwa tanggal 21 Desember 2012 muncul dari berakhirnya periode penciptaan ke-4 kalender long count, yaitu setelah 13 baktun. Saya juga mengatakan bahwa salah satu sumber yang menyebut mengenai 13 baktun ini adalah buku vox popul.
Namun, ternyata ada sumber lain yang lebih sering digunakan oleh peneliti untuk mengindikasikan adanya kiamat dunia setelah 13 baktun, yaitu monumen Tortuguero yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Pada monumen ini terukir sejumlah tulisan yang isinya memuliakan penguasa Maya pada waktu itu.
Seorang ahli suku Maya bernama Mark Van Stone berhasil menerjemahkan sebagian tulisan pada monumen tersebut dan salah satu kalimatnya adalah :
“The Thirteenth [b'ak'tun] will end. Black … will occur. (It will be) the descent of Bolon Yookte’ K’uh to the great (or red)…”
“13 baktun akan berakhir. Kegelapan (hitam)..akan muncul. (itu menandakan) turunnya Bolon Yookte K’uh”
Sebagian peneliti mengatakan bahwa ini adalah ramalan berakhirnya dunia pada tahun 2012. Namun peneliti lain punya pendapat berbeda.
Kuncinya, menurut mereka ada pada nama asing “Bolon Yookte K’uh”. tiga kata aneh ini ternyata nama seorang dewa yang dalam beberapa referensi kuno sering disebut sebagai dewa perang atau dewa konflik.
Karena itu, sangat rancu untuk menafsirkan akhir baktun ke-13 sebagai kiamat dunia. Bisa saja yang dimaksud oleh monumen tersebut hanyalah sebuah peristiwa perang, itupun kalau terjemahan yang dilakukan Mark Van Stone akurat. Soalnya monumen Tortuguero telah mengalami kerusakan yang cukup berat. Kalimat-kalimat yang terbaca sangat minim dan kabur.
David Stuart, seorang spesialis tulisan Maya dari Universitas Texas bahkan sama sekali tidak setuju dengan penafsiran bencana atau perang dari monumen ini.
“Tahun 2012 yang dimaksud monumen itu adalah ulang tahun penciptaan. Suku Maya tidak pernah mengatakan bahwa dunia akan berakhir, mereka juga tidak pernah mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Mereka hanya mencatat masa ulang tahun monumen yang akan datang”, demikian kata David.

2. Penerapan kalender Long Count yang berbeda-beda

Menurut para penganut teori kiamat 2012, siklus ke-4 long count akan berakhir setelah baktun ke-13. Namun disinilah muncul masalah baru.


Suku Maya ternyata memiliki inskripsi-inskripsi kuno lain yang menyatakan bahwa siklus ke-4 tersebut akan berakhir pada baktun ke-20, bukan baktun ke-13. Dan sepertinya ini diabaikan oleh para penganut kiamat 2012.
Jika siklus ke-4 berakhir pada baktun ke-20, maka siklus ini akan berakhir pada tahun 4772, bukan 2012. Hal ini dikonfirmasi oleh adanya penerapan kalender long count yang berbeda-beda di berbagai kota Maya.
Di Palenque, bukti-bukti menunjukkan bahwa siklus penciptaan ke-4 akan berakhir setelah 20 baktun, bukan 13 baktun. Di tempat lain, sebuah monumen yang didirikan untuk memperingati penobatan raja Pakal menghubungkan penobatan tersebut dengan peristiwa-peristiwa hingga 4.000 tahun setelah penobatan. Artinya, monumen ini tidak menunjukkan berakhirnya dunia pada tahun2012.
Jika suku Maya memang merujuk kepada akhir dunia, bukankah harusnya mereka sepakat dengan masa berakhirnya siklus ke-4 ?

3. Unsur-unsur Kalender yang lebih tinggi

Sebelumnya saya telah menyinggung mengenai lima unsur kalender long count, ini unsur-unsurnya :
1 kin = 1 hari
1 uinal = 20 kin
1 tun = 18 uinal
1 katun = 20 tun
1 baktun = 20 katun
Tapi tahukah anda bahwa selain lima unsur di atas, suku Maya juga memiliki empat unsur yang lebih tinggi yaitu piktun, kalabtun, kinchiltun dan alautun. Walaupun Keempat unsur ini jarang digunakan, namun keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja.
Jadi jika kita menulisnya secara lengkap, maka unsur kalender Maya akan terlihat seperti ini :
1 kin = 1 hari
1 uinal = 20 kin
1 tun = 18 uinal
1 katun = 20 tun
1 baktun = 20 katun
1 piktun = 20 baktun
1 kalabtun = 20 piktun
1 kinchiltun = 20 kalabtun
1 alautun = 20 kinchiltuns
Memang para ilmuwan masih terpecah dalam soal apakah piktun (unsur di atas baktun) akan dimulai pada baktun ke-13 atau ke-20, namun paling tidak mereka sepakat mengenai adanya unsur-unsur yang lebih tinggi.
Coba hitung, jika alautun adalah unsur yang terakhir dan kiamat akan terjadi setelah 1 alautun saja, pada tahun berapakah dunia akan berakhir ?
Saya akan memberikan petunjuk bantuan kepada anda, yaitu 1 baktun = 144.000 hari. Cobalah hitung pelan-pelan, hasilnya tidak perlu di-email ke saya.

Bagaimana kita memandangnya

Susan Milbraith, kurator di Latin American Art and Archeology di Museum Natural History di Florida mengatakan, “Kami sebagai bagian dari komunitas arkeologi tidak memiliki catatan bahwa suku Maya menganggap dunia akan berakhir pada tahun 2012.”
Ahli suku Maya lainnya, Sandra Noble, direktur eksekutif Foundation for the Advancement of Mesoamerican Studies di Florida mengatakan : “Bagi suku Maya, akhir dari sebuah siklus kalender adalah sesuatu yang akan dirayakan besar-besaran.”
“Menganggap bahwa tanggal 21 Desember 2012 sebagai hari kiamat adalah sebuah pemalsuan dan kesempatan bagi sebagian orang untuk mencari uang.”Lanjutnya lagi.
Ucapan Milbraith dan Noble sepertinya juga diteguhkan oleh beberapa kelompok masyarakat Maya di dataran tinggi Guetamala.
ari sekian banyak kelompok masyarakat Maya yang tersebar, ternyata masih ada beberapa kelompok yang masih mengikuti tata cara kebudayaan nenek moyang mereka, termasuk penggunaan kalender kuno long count.
Anehnya, kelompok masyarakat Maya ini tidak melakukan persiapan apapun untuk menyambut kiamat 2012.
Apakah mereka TIDAK TAHU bahwa dunia AKAN berakhir pada tahun 2012 ?
Atau justru mereka SANGAT TAHU bahwa dunia TIDAK AKAN berakhir tahun 2012 ?
Atau mereka tidak peduli sama sekali ?
Mengenai kalender Maya, sepertinya beberapa orang asing yang mengaku telah meneliti inskripsi-inskripsi Maya kuno telah menyebarkan penafsiran mereka sendiri tanpa bertanya kepada suku Mayanya sendiri.
Apolinario Chile Pixtun, seorang sesepuh suku Maya di Guetamala mengeluhkan hal ini. Ia mengaku lelah karena terus ditanya soal 21 Desember 2012. Menurutnya, ide kiamat 2012 datang dari orang-orang barat, bukan dari suku Maya.


Pada November ini, film yang berjudul “2012″ telah menyerbu bioskop-bioskop di Indonesia dan hampir dipastikan akan segera menjadi box office dunia. Dan jika anda pergi ke toko buku, anda akan menemukan buku-buku dengan topik kiamat 2012 mulai dari yang original hingga yang sekedar mencontek dipajang di rak-rak utama.
Sepertinya memang Ini adalah sebuah wacana yang dihembuskan dengan teknik marketing yang sangat brilian!
Jika ini semua adalah marketing, apakah kita akan membiarkan hidup kita dipengaruhi olehnya? TENTU SAJA TIDAK!
Tapi, jika kita mau membiarkan diri kita dipengaruhi olehnya, maka saya berharap, pengaruh itu menjadikan kita manusia yang lebih baik, paling tidak hingga Desember 2012.

WAPADAI !! Al-Quran buatan amerika

Al-Quran PALSU baru buatan amerika, berbahaya dan sedang didistribusikan di kuwait ,
berjudul "The True Furqan" isinya bertentangan sekali. Dibuat oleh 2 perusahaan percetakan ;'Omega 2001'dan 'Wine Press'.



Judul lain buku 'The 21st Century Quran' berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa arab dan inggris di sana.
bukunya sendiri memuat 77 surat, termasuk alfatihah, al-jana dan al-injil.
Semuanya dimulai dengan sebuah versi panjang gabungan kepercayaan Kristen tentang tiga tuhan.


Dan banyak sekali bertentangan dengan berbagai kepercayaan dalam Islam, seperti mempunyai lebih satu istri dianggap perbuatan Zina, perceraian itu dilarang, dikatakan juga bahwa Jihad adalah HARAM.


Buku yang sangat menyesatkan. Jadi tolong sampaikan kepada semua muslim sedapat kita tentang pemberitaan ini semoga Allah melindungi kita semua dari orang2 Kafir yang jahat, mendustakan Agama Allah SWT


kalau mau liat isinya silahkan klik disini :
www.islam-Exposed.org
http://www.islam-exposed.org/furqan/contents.html
http://www.truth-in-crisis.com/TheTrueFurqan.htm


contoh :


The Blessing - Al Basmalah

























The Opening - Al Fateha


Kamis, 19 November 2009

DIFERSIFIKASI PRODUK


Mengapa perusahaan melakukan Diversifikasi produk?

Karena diversifikasi produk pada suatu perusahaan sangat berpengaruh dengan kelancaran perusahaan tersebut dalam menjalankan aktifitas perusahaannya. Diversifikasi produk dalam perusahaan sangat penting dan harus dilakukan setiap perusahaan karena dalam masa sekarang banyak perusahaan pesaing yang mempunyai produk lebih bagus dan berkualitas. Oleh sebab itu perusahaan harus memiliki strategi untuk membuat perusahaanya tetap bertahan. Penentuan strategi perusahaan yang tepat dapat membantu perusahaan tersebut tetap bertahan dalam menghadapi persaingan pasar diluar. Maka untuk menentukan stategi perlu diketahui variabel – variabel internal maupun eksternal yang mempengaruhi perusahaan baik berupa kekuatan, kelemahan maupun berbagai ancaman dan peluang yang harus dihadapi oleh perusahaan.


Diversifikasi produk Merupakan Kegiatan menganekaragamkan produk yang awalnya hanya berupa satu produk utama dapat dibuat berbagai produk dan dilakukan agar konsumen mendapat inovasi selara dalam pemuasan kebutuhan. Diversifikasi sangat perlu, untuk memberikan lapangan usaha, kerja dan pendapat kepada masyarakat dan dunia usaha.

Diversifikasi tetap berorientasi pasar yakni mempertimbangkan kebutuhan, selera, harapan, daya beli dan segmen pasarnya. Untuk industri pedesaan yang perlu dipertimbangan adalah ketersediaan bahan baku lokal, tentu dengan diadakannya program kerjasama antara dunia usaha dan pemerintah.

Diversifikasi sebagai salah satu alternatif strategi korporasi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis: konsentrik, konglomerate, dan horisontal . Ketiga jenis diversifikasi tersebut termasuk dalam kelompok alternatif strategi dalam membangun Grand Strategy, yang dimaksudkan untuk memberi arah dan landasan bagi upaya koordinasi dan pencapaian sasaran jangka panjang. Dari pendekatan lain. diversifikasi dapat pula dibedakan ke dalam dua type: terkait (related diversification) dan tak terkait (unrelated diversification). Alasan Perusahaan Melakukan Diversifikasi Produk Sebagian besar perusahaan mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi ketika menghasilkan sumber daya keuangan yang melebihi (in excess) dari jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keunggulan daya saing (competitive advantage) bisnis utamanya. dua alasan diversifikasi, internal dan eksternal yang merupakan dorongan (inducement) bagi pertumbuhan.

PT. Garuda Food mengeluarkan beberapa produk, yaitu:

1. Basic food : Enerfill.

2. Beverage : Flavor tea, Nata drink.

3. Snack : Biscuit, Pilus.

4. Peanut : Roasted, Coated, Ting ting.

5. Jelly : Jelly Drink, Jelly Super Cup, Jelly sedot + jumbo.

6. Biscuit : Cookies,Dipstick & Cup,Dragee/Chocolate,Rice Cracker,Snack & Cereal,Soes,Wafer Cream & Caramel,Wafer Stick.







NAMA : ADITYA PRASETYA

KELAS : 1EB01

NPM : 22209086

Selasa, 17 November 2009

Antasari Bantah Dompleng Kasus Chandra-Bibit

Jakarta - Mantan Ketua KPK Antasari Azhar dituding mendompleng kasus Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto untuk mengelak dari dakwaan pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Pengacaranya pun membantah keras.

"Justru terbalik. Kasusnya Bibit dan Chandra dimulai dari Antasari," kata salah satu penasihat hukum Antasari, M Assegaf, usai persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (17/11/2009).

Dikatakan Assegaf, perkara dua wakil ketua KPK nonaktif itu dimulai ketika penyidik Polda Metro Jaya membuka laptop Antasari. Di situ, ditemukan file rekaman pembicaraan antara kliennya dan Anggoro Widjojo. Anggoro mengaku telah menggelontorkan uang miliaran rupiah untuk oknum pimpinan KPK.

"Tapi setelah itu justru kasus pak Antasari sendiri tenggelam," jelas dia.

Assegaf menegaskan keyakinannya bahwa kasus Antasari merupakan rekayasa yang dimulai dari cerita esek-esek di dalam hotel. Nasrudin dinilai merupakan bagian dari grand design rekayasa kasus tersebut.

"Seorang Nasrudin dipakai untuk rekayasan itu. Setekag selesai dia dilenyapkan," cetus pengacara gaek ini.

Rupiah dan Resesi Ekonomi Dunia

Pertanyaan yang sering ditanyakan publik pada saat ini adalah kapan resesi ekonomi dunia ini berakhir. Tapi sebenarnya pertanyaan yang lebih penting adalah bagaimana cara kita sebagai sebuah bangsa bertahan menghadapi badai krisis ekonomi dunia ini.

Strategi mengatasi dampak resesi ekonomi masih terus menjadi topik kebijakan pemerintah di berbagai belahan dunia. Contohnya, Amerika Serikat akan mengucurkan paket stimulus fiskal 787 miliar dollar AS pada sektor riil.

Jumlah ini setara dengan 5,6 persen produk domestik bruto (PDB) Amerika. Tetapi, injeksi ke sektor riil tanpa memperbaiki sektor keuangan tidak akan berhasil memulihkan ekonomi.

Maka dari itu, setelah tahun lalu Pemerintah AS mengucurkan paket penyelamatan sektor keuangan 700 miliar dollar AS, sekarang diusahakan paket kedua sebesar 750 miliar dollar AS. Program penyelamatan ekonomi AS ini akan menambah utang Pemerintah AS sebesar 2 triliun dollar AS dan menggelembungkan defisit anggaran Pemerintah AS secara signifikan menjadi 12 persen PDB.

Walaupun suku bunga bank sentral global terus diturunkan, bahkan sudah mendekati 0 persen di Jepang, Amerika, dan Inggris, tidak berarti bahwa pemberian kredit tersedia berlimpah.

Pada masa krisis saat ini, perbankan AS dan Eropa sebagai mesin kredit dunia sedang rugi besar. Mereka dihadapkan pada problem kredit bermasalah yang sampai sekarang sudah mencapai 1 triliun dollar AS. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), kemungkinan besar kredit bermasalah tersebut masih akan naik sampai 2,2 triliun dollar AS.

Proses rekapitalisasi perbankan global masih jauh dari selesai. Akibatnya, perbankan global harus menghemat modalnya dan meminta pelunasan kredit. Inilah yang menyebabkan perbankan global menghindari pengucuran kredit, apalagi kredit kepada negara berkembang.

Sisa portofolio aset di negara berkembang harus dijual walaupun merugi. Proses penarikan pulang kredit dan penjualan aset inilah yang disebut sebagai proses de-leveraging.

Oleh karena itu, adalah keputusan yang tepat bagi Pemerintah Indonesia dua minggu lalu mengambil kredit dari pasar surat utang global sebesar 3 miliar dollar AS walaupun dengan suku bunga yang lebih tinggi daripada pada masa normal.

Imbal hasil yang ditawarkan surat utang pemerintah adalah 10,5 persen untuk jangka waktu 5 tahun dan 11,75 persen untuk jangka waktu 10 tahun. Jika tidak diambil sekarang, dikhawatirkan jumlah tersebut tidak lagi tersedia enam bulan ke depan.

Proses de-leveraging ini telah membuat mata uang banyak negara melemah terhadap dollar AS. Rupiah melemah 9 persen dibandingkan dengan awal tahun ke Rp 11.990. Tetapi, rupiah tidak melemah sendirian. Bahkan, mata uang negara maju juga melemah.

Mata uang euro melemah 10 persen, mata uang yen melemah 7 persen, dan mata uang dollar Australia melemah 11 persen. Di antara negara berkembang, pelemahan mata uang cukup besar terjadi di Rusia dan Korea Selatan yang melemah 17 persen, di Polandia dan Hongaria melemah 20 persen, di Turki melemah 14 persen, serta di Meksiko dan Afrika Selatan melemah 11 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini oleh Bank Indonesia diperkirakan turun dari 6,1 persen ke 4 persen. Tentu saja dibandingkan dengan Amerika, Eropa, Jepang, Hongkong, dan Singapura yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, ekonomi kita yang tumbuh positif dianggap masih bisa bertahan menghadapi resesi ekonomi dunia.

Tetapi, kita tidak boleh berlega hati. Pelemahan rupiah walaupun terjadi seiring dengan mata uang lain, harus kita cegah agar tidak semakin terpuruk. Kita harus ingat bahwa jatuhnya suatu negara pada masa damai bukanlah karena perang senjata, tetapi karena perang ekonomi.

Ketahanan suatu negara terhadap pelemahan mata uang bergantung dari seberapa besar permintaan dan supply valuta asing. Kita harus memiliki supply valas yang lebih besar daripada permintaan terhadap valas. Langkah maju Bank Indonesia membatasi pembelian dollar tanpa underlying transaction sebesar 100.000 dollar AS per bulan adalah kebijakan bagus.

Permintaan terhadap valas bergantung pada seberapa besar impor dan utang valas. Semakin kecil ketergantungan terhadap impor akan semakin baik karena permintaan terhadap valas akan menurun. Surplus neraca perdagangan harus dipertahankan.

Jangan sampai kita mempunyai ketergantungan terhadap impor energi dan bahan pangan karena Indonesia adalah negara dengan cadangan energi yang besar dan memiliki tanah pertanian yang luas.

Tantangannya adalah bagaimana kita mengembangkan sektor dalam negeri yang kompetitif sehingga Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap barang impor, tetapi juga tidak merugikan konsumen.

Di sinilah seninya, yaitu ada keberpihakan terhadap industri dalam negeri, tetapi juga tetap memacu kompetisi dan efisiensi industri dalam negeri. Neraca perdagangan diperkirakan tetap surplus tahun ini.

Walaupun ekspor turun drastis dari 12,5 miliar dollar AS (Juli 2008) ke 7,1 miliar dollar AS (Januari 2009), impor juga turun signifikan dari 10,7 miliar dollar AS ke 5 miliar dollar AS pada periode yang sama. Akan tetapi, ketergantungan kita yang besar terhadap impor jasa, seperti jasa perkapalan, asuransi, dan pembayaran bunga utang luar negeri, diperkirakan membuat defisit transaksi berjalan sekitar 2,5 miliar dollar AS pada tahun 2009. Oleh karena itu, kredit valas di perbankan domestik dan utang luar negeri sektor swasta harus dikontrol.

Utang luar negeri swasta yang jatuh tempo tahun ini, menurut BI, adalah 17,4 miliar dollar AS. Di tengah ketatnya pasar kredit, semoga utang sektor swasta ini bisa diperpanjang.

Faktanya negara kita sangat membutuhkan kredit dari luar negeri karena modal dalam negeri tidak cukup membiayai pembangunan. Untuk itu kontrol terhadap utang luar negeri swasta adalah cara kita supaya tetap memperoleh kredit dari luar negeri, tetapi tanpa membahayakan stabilitas ekonomi makro. Bahkan, Amerika pun, sebagai pembela pasar bebas, sekarang percaya bahwa pasar keuangan harus diatur.

Mengapa mata uang Thailand dan Malaysia hanya melemah 4 persen dan 6 persen dan mereka memiliki cadangan devisa hampir dua kali lipat dari Indonesia? Apakah karena kedua negara itu memiliki penanaman modal asing (PMA) dan industri pariwisata yang besar atau karena mereka memiliki sistem devisa yang lebih terkontrol daripada Indonesia?

Kita perlu mempelajari bagaimana cara Thailand dan Malaysia menambah supply dollar di pasar. Pertanyaan selanjutnya, apakah devisa hasil ekspor Indonesia semuanya sudah masuk ke sistem perbankan domestik? Apakah sudah sama pencatatan nilai pengapalan barang ekspor di pelabuhan Indonesia dengan devisa ekspor yang kita terima di sistem perbankan domestik? Inilah pekerjaan rumah yang harus dikerjakan serius oleh bangsa ini.

Aturan pemerintah mewajibkan eksportir komoditas primer memasukkan devisa hasil ekspor ke sistem perbankan domestik melalui pengaturan ekspor dengan letter of credit atau sejenisnya, itu sudah tepat.

Krisis Ekonomi Dunia Belum Berakhir

[Al-Islam 461] Akhir-akhir ini media Barat memberitakan prakiraan sejumlah perusahaan yang mengatakan, bahwa tahap paling kritis dari krisis keuangan telah berlalu; juga bahwa perekonomian beberapa negara Barat telah mulai memperlihatkan tanda-tanda pemulihan ekonomi. Berbagai laporan media itu menyebutkan pendapat beberapa ahli ekonomi, para politisi dan pelaku bursa. Mereka menyatakan, naiknya kembali harga minyak menandakan bahwa perekonomian global telah sampai pada titik terendahnya dan mulai pulih, yang mendorong harga minyak terus merangkak naik.

Benarkah perekonomian sudah mulai pulih? Tentu salah jika pulihnya perekonomian hanya dilihat dengan memperhatikan sinyal-sinyal keuangan, seperti naiknya harga minyak dan harga komoditi di pasar global. Tentu kita harus memperhatikan tingkat produksi perusahaan-perusahaan, total GDP, angka pengangguran, harga barang-barang konsumsi, besaran belanja rumah tangga dan perusahaan, jumlah kredit perumahan dan pengumuman kebangkrutan yang terus terjadi pada perusahaan raksasa seperti General Motors dll; juga gejala-gejala perekonomian lainnya.

Dengan memperhatikan semua itu akan tampak jelas bahwa di seluruh dunia belum ada tanda-tanda pemulihan ekonomi! Kami akan menyebutkan beberapa buktinya:

1. Kondisi perekonomian Amerika.

Angka pengangguran di AS mencapai 8,9%, tertinggi sejak 26 tahun lalu. Tingkat pendapatan nasional menurun 6,1% pada kuartal pertama tahun ini. Supaya tingkat penjualan sebanding dengan jumlah barang, perusahaan mengurangi penawaran barang ke pasar sampai pada angka terendah sejak Perang Dunia II. Penurunan penawaran itu setara dengan 103,7 miliar dolar AS pada kuartal pertama tahun 2009. Sebelumnya, pada kuartal terakhir tahun 2008, penawaran itu telah menurun senilai 25,8 miliar dolar AS. Investasi di AS juga menurun 38% dalam satu tahun. Ekspor barang dan jasa pada kuartal pertama tahun 2009 menurun 30%. Sebelumnya, pada kuartal terakhir 2008 ekspor AS telah menurun 23,6%. Angka kegagalan kredit akibat ketidakmampuan melunasi kredit pada bulan Maret 2009 meningkat hingga 341.180. Angka itu naik 17% dari bulan Februari 2009, dan naik 46% dari bulan Maret 2008.

Selain itu, Pemerintah AS telah menyuntikkan uang miliaran dolar pada bank-bank yang ambruk dan perusahaan-perusahaan yang terlilit utang.

2. Kondisi perekonomian Jerman.

Angka pengangguran di Jerman mencapai 8,2%, tertinggi sejak Perang Dunia II. Kantor Perburuhan Federal pada tanggal 28 Mei 2009 menyatakan, bahwa rata-rata pemutusan hubungan kerja (PHK) bertambah. Hal itu di luar pengurangan jam kerja harian untuk mengurangi tingkat pengangguran. Pengamat ketenagakerjaan Anders Reese telah mencatat bahwa statistik pengangguran telah dimanipulasi supaya tampak sebaliknya dan supaya kelihatan membaik pada bulan Juni.

Sektor manufaktur Jerman juga mengalami penurunan sekitar 58% pada bulan April dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu. Angka itu merupakan penurunan terbesar sektor ini sejak didirikan. Organisasi industri-industri berat mengatakan bahwa telah terjadi penurunan permintaan global sebesar 60% dan permintaan lokal sebesar 52%. Sebagian pengamat ekonomi malah lebih pesimis daripada pemerintah.

3. Kondisi perekonomian Eropa secara umum.

Penjualan eceran menurun drastis pada bulan April 2009 karena tingginya angka pengangguran. Artinya, konsumen secara bersama-sama mengurangi belanja mereka. Nik Kounis, kepala ekonom Eropa di Fortis Bank Netherland mengatakan di Amsterdam, “Menurut Komisariat Eropa, angka pengangguran di Eropa pada bulan Maret 2009 naik sampai 8,9%, tertinggi sejak tiga tahun. Angka pengangguran tahun depan akan terus naik sampai 9,9% dan mencapai 11,5% pada tahun 2010. Menurut Komisariat Eropa, perekonomian kawasan Eropa akan mengalami penurunan sebesar 4% pada tahun ini. Hal itu disebabkan oleh turunnya ekspor dan pemutusan hubungan kerja oleh sejumlah perusahaan.”

4. Kondisi perekonomian Jepang.

Angka pengangguran di Jepang pada bulan April 2009 mencapai 5%, tertinggi sejak lima tahun terakhir. Dalam laporan bulanan Departemen Dalam Negeri dan Komunikasi dinyatakan bahwa terdapat 3,46 juta pengangguran. Jumlah itu naik 25,8% dibandingkan dengan April tahun lalu. Dinyatakan juga bahwa hanya ada 46 pekerjaan bagi setiap 100 orang pencari kerja. Ini adalah angka terburuk sejak tahun 1999.

Rata-rata belanja rumah tangga pada bulan April menurun 1,3% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Produk domestik bruto Jepang mengalami penurunan 10%. Penurunan total PDB Jepang sejak bulan Januari sampai bulan Maret menciptakan perlambatan ekonomi terburuk sejak tahun 1947. Glenn Maguire, kepala ekonom di Societe Generale Asia Pasifik mengatakan, bahwa secara umum perlambatan 10% pertumbuhan dinilai sebagai resesi. Jepang hampir sampai pada batas itu dengan menurunnya perekonomian Jepang sebesar 9,7% pada tahun ini.

5. Kondisi perekonomian global.

Menurut New York Times, perekonomian negara-negara berkembang telah melalui kuartal paling buruk sejak satu dekade lalu. Kondisi yang lebih buruk akan datang. Total produk domestik bruto tiga puluh negara yang tergabung di dalam OECD mengalami penurunan 2,1% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Produk domestik bruto negara-negara anggota OECD mengalami penurunan 2% pada kuartal terakhir tahun 2008.

Menurut Bank Dunia, perekonomian negara-negara anggota OECD mencakup 71% dari total produksi nasional secara global. Perekonomian negara-negara OECD pada kuartal pertama tahun 2008 menurun 4,2%. Dari angka itu, Amerika turut andil 0,9%, Jepang 1%, 13 negara terbesar kawasan Euro sebesar 1,3% dan negara-negara lainnya 1%.

Semua itu menunjukkan fakta sebenarnya bahwa kondisi perekonomian global belum pulih dari krisis, bahkan masih akan terus didera krisis.

Lalu mengapa terjadi kenaikan di pasar saham dan pasar barang dan jasa? Jawabannya, kenaikan itu disebabkan hal-hal berikut: Pertama, suntikan dana yang dilakukan pemerintah AS kepada perusahaan asuransi AIG sebesar US$ 173 miliar yang diambil dari uang para pembayar pajak AS. Dari jumlah itu, 90 miliar dibelanjakan untuk membayar utangnya ke perbankan Amerika dan Eropa. Pada tanggal 15 Maret 2009, AIG telah mendistribusikan uang ke sejumlah bank dan institusi: Bank Goldman mendapatkan US$ 12,9 miliar; Bank Merrill Lynch US$ 6,8 miliar; Bank of America US$ 5,2 miliar; Citigroup US$ 2,3 miliar; Bank Wachovia US$ 1,5 miliar; Bank Barclays US$ 8,5 miliar; dan UBS Swiss mendapat US$ 5 miliar.

Supaya pemerintah AS tidak terkesan membantu perusahaan AIG secara langsung karena khawatir akan menimbulkan kemarahan masyarakat, AIG mentransfer dana itu ke berbagai bank. Berikutnya bank-bank itu mengumumkan keuntungannya. Misalnya, Bank of America mengumumkan keuntungannya sebesar US$ 4,2 miliar, Citigroup US$ 1,6 miliar dan Goldman Sachs US$ 1,8 miliar. Di Eropa Barclays Bank mengumumkan keuntungannya sebesar 5,28 miliar pounsterling. Akhirnya, harga-harga saham pun terkerek naik. Sebenarnya kenaikan harga-harga saham itu bukan karena aktivitas ekonomi yang menghasilkan keuntungan, tetapi karena suntikan dana yang pengaruhnya hanya sebentar.

Kedua, pada awal tahun ini, pemerintah AS mengumumkan programnya untuk menopang bank-bank Amerika. Tujuan pengumuman itu adalah untuk menyebarkan kepercayaan para investor bank-bank Amerika untuk memberikan sugesti bahwa bank-bank itu dalam kondisi baik dan tidak sedang mengalami kesulitan besar. Program itu, sebagaimana sebelumnya telah dijelaskan oleh Menteri Keuangan AS Timothy Geitner, adalah untuk memberikan kesan bahwa mayoritas aset bank yang mengamali kesulitan bisa dikeluarkan dari daftar neraca.

Kondisi-kondisi dan berbagai pernyataan itu menyebabkan naiknya harga-harga saham perbankan Amerika. Harga saham Bank Wells Fargo naik 8,5%, Morgan Stanley naik 0,9%, Bank of America naik 4% dan Citigroup naik 7%. Jelas, apa yang terjadi ini mirip dengan dukungan propaganda opini untuk menaikkan saham tertentu seperti yang dilakukan oleh para spekulan yang sengaja menyebarkan berita tentang kemajuan kondisi ekonomi suatu perusahaan, atau peluang kemajuan perusahaan itu. Lalu berita itu menyebabkan bertambahnya kepercayaan dan menaikkan harga saham perusahaan tersebut. Kemudian setelah tujuan para spekulan itu tercapai, harga saham itu pun turun kembali dan bahkan ambruk. Hal itu seperti yang terjadi pada sebab-sebab munculnya krisis saat ini.

Ketiga, pada awal tahun ini The Fed (Bank Sentral AS) dan Bank of England (Bank Sentral Inggris) masing-masing mengumumkan rencana untuk mulai membeli aset-aset beracun milik berbagai bank, surat-surat utang dan aset-aset lembaga keuangan yang ambruk. Pertambahan jumlah uang yang dipompakan ke pasar secara alami pasti menyebabkan inflasi dan naiknya harga-harga barang dan jasa. Sebab, bertambahnya uang yang ditawarkan akan melemahkan daya belinya dan berikutnya terjadi inflasi, yaitu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Bank of England mulai menampakkan keterkejutannya atas naiknya angka inflasi yang menyebabkan penderitaan ekonomi; perekonomian Inggris sendiri berada pada titik terendah sejak tahun 1930. Angka inflasi mencapai 2,9% jauh lebih tinggi daripada angka yang diperkirakan sebelumnya, yaitu 2%. Inilah yang bias menjelaskan mengapa harga minyak naik dari US$ 36 perbarel menjadi US$ 58 perbarel. Artinya, kenaikan harga minyak tidak menunjukkan bahwa permintaannya bertambah. Konsumsi energi pada tahun 2009 justru menurun untuk pertama kalinya sejak PD II. Hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa perekonomian global masih jauh dari pulih.

Dengan demikian, pembicaraan tentang pulihnya perekonomian Barat adalah terlalu dini. Pemerintah Barat mengadopsi kebijakan menurunkan tingkat suku bunga dan membeli aset-aset beracun hanya untuk menunda ambruknya perekonomian. Bisa jadi pemerintah Barat justru akan menenggelamkan pasar uang ke kubangan inflasi. Ambruknya pasar barang dan munculnya gelembung mata uang yang bisa meletus menyebabkan penderitaan terbesar yang disaksikan oleh dunia saat ini.

Khatimah

Seluruh paparan di atas semakin membuktikan bahwa bangunan ekonomi Kapitalisme selama ini memang rapuh. Hal ini semakin meneguhkan bahwa bangunan apapun—termasuk ‘bangunan’ sistem ekonomi—yang tidak didasarkan pada takwa (baca: syariah Islam), pastilah rapuh dan pasti suatu saat akan runtuh. Mahabenar Allah SWT Yang berfirman:

أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (١٠٩)

Apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam? Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS at-Taubah [9]: 109). []

Ekonomi Manajerial

Ekonomi manajerial adalah :
1.Ekonomi mikro
2.Konsep – Konsep ilu manajemen dan penelitian operasi.
3.Kerangka kerja terpadu untuk menganalisis pengambilan keputusan bisnis.
4.Penerapan teori dan metodologi ekonomi dalam pengambilan keputusan di dunia bisnis dan administrasi.
Ekonomi manajerial merupakan penggunaan konsep ekonomi dan metodolgi ilmu keputusan untuk memecahkan masalah-masalah keputusan manajerial. Ekonomi manajerial dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk secara efisien mencapai, pada dasarnya , setiap sasaran perusahaan.

Prinsip ekonomi manajerial
Pengalokasian sumber daya yang langka secara efisien merupakan Prinsip ekonomi manajerial. Prinsip tersebut juga dapat diterapkan pada manajemen non bisnis seperti instansi pemerintah, koperasi, sekolah, rumah sakit, museum, dan lembaga-lembaga serupa lainnya.

Peran Ekonomi Manajerial dan Pengambilan Keputusan Manajerial
Pengambilan keputusan didasarkan pada pembuatan model, menganalisis pengaruh dan tindakan alternatif, mengevaluasi hasil perolehan pembuatan model, teknik optimasi, statistik, dan peramalan. Dalam pengambilan keputusan manajerial, selain mengandalkan teori ekonomi makro dan mikro, juga menggenai lingkungan. Para manajer tersebut dapat menggunakan ekonomi manajerial untuk mengidentifikasi strategi penetapan harga dan produksi yang akan membantu memenuhi tujuan jangka pendek ini secepat dan seefektif mungkin. Demikian pula, ekonomi manajerial memberikan peraturan penetapan harga dan keluaran yang mengijinkan perusahaan untuk memaksimumkan laba bersih setelah perusahaan mencapai tujuan pertumbuhannya.

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Hampir enam puluh (60) tahun bangsa Indonesia melakukan pembangunan ekonomi, selama itu pula pertumbuhan ekonomi mengalami pasang surut. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat terkait dengan fluktuasi stabilitas sosial, politik dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai absolut maupun relatif. Secara absolut berarti dilihat dari perubahan PDB tahun lalu dengan tahun sekarang. Misalnya PDB tahun 2004 tumbuh Rp 3 triliun dari tahun 2003. Sedangkan secara relatif pertumbuhanekonomi dapat dihitung sebagai berikut:
?PDBt = [ PDBt - PDBt-1/PDBt-1] x 100%
Dimana ?PDBt = adalah pertumbuhan ekonomi tahun (t), PDBt adalah PDB tahun tertentu dalam nilai absolut dan PDBt-1 adalah PDB tahun sebelumnya. Untuk mempermudah penggambaran, masa pertumbuhan ekonomi dipilah menjadi tiga (3), yaitu masa orde lama, orde baru dan masa reformasi.

Masa Orde Lama
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomoian Indonesia memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial-politik dan keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan.
Pada periode tahun 1950-an Indonesia menerapkan model guidance development dalam pengelolaan ekonomi, dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam mengatur pertumbuhan ekonomi (pembangunan semesta berencana). Model ini tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi, sosial, politik dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan secara bersama-sama dan simultan. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun 1965 (Tambunan: 2001).

Perekonomian Indonesia

Perihal system ekonomi apa, atau system ekonomi yang bagaimana yang diterapkan atau berlangsung di Indonesia, sering dipertanyakan dan diperdebatkan. Pertanyaan sederhana yang jawabannya pelik ini bukan saja mengundang rasa ingin tahu mahasiswa ekonomi sendiri, tapi juga kalangan awam.
Sebuah sistem pada dasarnya adalah suatu “organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu sistem social atau sistem kemasyarakatan; makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau sistem lingkungan; data, catatan, atau kumpulan fakta untuk suatu sistem informasi; atau bahkan kombinasi dari objek-objek tersebut.
Kehadiran subjek-subjek semata-mata belumlah cukup untuk membentuk sebuah sistem. Himpunan subjek atau himpunan objek baru membentuk sebuah sistem jika lengkap dengan perangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalin tentang bagaimana subjek/objek yang ada bekerja, berhubungan, dan berjalan atau dijalankan. Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek/objek itu berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek/objek, serta kaidah atau norma yang mengatur hubungan subjek/ objek tersebut agar serasi.
Keserasian hubungan antar subjek/objek termasuk bagian atau syarat sebuah sistem. Keserasian itulah yang akan dijadikan petunjuk apakah sistem itu dapat berjalan/dijalankan, sehingga pada gilirannya kelak akan dapat dinilai apakah tujuan yang diinginkan oleh sistem itu akan tercapai atau tidak. Guna membentuk dan memelihara keserasian itu maka diperlukan kaidah atau norma-norma tertentu yang harus dipatuhi oleh subjek/objek.
Sebuah sistem sesederhana apapun, senantiasa mengandung kadar kompleksitas tertentu. Sebuah sistem bukan sekedar himpunan suatu suatu subjek atau himpunan suatu objek. Sebuah sistem juga bukan sekedar himpunan kaidah atau norma, bukan pula sekedar kumpulan lembaga atau organisasi. Sebuah sistem adalah jalinan semua itu, mencakup subjek/objek dan perangkat kelembagaan yang membentuknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM EKONOMI DAN SISTEM POLITIK
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Sebuah sistem ekonomi terdiri atas unsur-unsur manusia sebagai subjek; barang-barang ekonomi sebagai objek; serta seperangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalinnya dalam kegiatan ekonomi.
Perangkat kelembagaan yang dimaksud meliputi; lembaga-lembaga ekonomi (formal maupun nonformal); cara kerja; mekanisme hubungan hokum dengan peraturan perekonomian; serta kaidah dan norma-norma lain (tertulis maupun tidak tertulis) yang dipilih atau diterima atau ditetapkan oleh masyarakat ditempat tatanan kehidupan yang bersangkutan berlangsung. Dengan demikian, dalam perangkat kelembagaan ini termasuk juga kebiasaan, perilaku dan etika masyarakat; sebagaimana diterapkan dalam berbagai aktivitas yang berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya bagi pemenuhan kebutuhan.
Sebuah sistem tidaklah berdiri sendiri. Sistem berkaitan dengan falasafah, pandangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Sebuah sistem ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja dalam suatu suprasistem masyarakat. Sistem merupakan suatu bagian dari kesatuan ideology kehidupan masyarakat di suatu Negara. Oleh karenanya, bukanlah hal yang mengherankan apabila dalam perjalanan atau penerapan sistem ekonomi tertentu di sebuah Negara terjadi benturan, konflik atau bahkan tentangan. Pelaksanaan sistem ekonomi di sebuah Negara akan berjalan mulus jika lingkungan kelembagaan masyarakatnya mendukung.
Sebagai bagian dari suprasistem kehidupan, sistem ekonomi berkaitan erat dengan sistem social lain yang berlangsung di dalam masyarakat. Di dunia ini banyak kecendrungan umum bahwa sistem ekonomi di sebuah Negara “bergandengan tangan” dengan sistem politik di Negara bersangkutan, ideology ekonomi berjalan seiring dengan ideology politik. Secara umum, antara unsur-unsur sistem ekonomi dan unsur-unsur sistem politik dapat ditarik benang merah sebagai berikut :
Benang Merah Hubungan Sistem Ekonomi dengan Sistem Politik
“Kutub A” Konteks Pengkutuban “Kutub Z”
Liberalisme
(liberal)

Demokrasi
(demokratis)

Egalitarianisme
(egaliter)

Desentralisme
(desentralistis)

Kapitalisme
(kapitalis

Mekanisme Pasar Ideologi politik

Rejim pemerintahan
(cara memerintah

Penyelenggaraan kenegaraan

Struktur birokrasi

Ideology ekonomi

Pengelolaan ekonomi Komunisme
(komunis)

Otokrasi
(otoriter)

Etatisme
(etatis)

Sentralisme
(sentralistis)

Sosialisme
(sosialis)

Perencanaan terpusat

Sejarah mencatat, Negara-negara yang berideologi politik liberalism dengan rezim pemerintahan yang demokratis, pada umumnya menganut ideology ekonomi kapitalismedengan pengelolaan ekonomi yang berlandaskan pada mekanisme pasar. Di Negara semacam ini, penyelenggaraan kenegaraannya biasanya bersifat egaliter dan struktur birokrasinya desentralistis. Di lain pihak, Negara-negara yang berideologi politik komunisme, dengan rezim pemerintahan yang otoriter, ideology ekonominya cenderung sosialisme dengan pengelolaan ekonomi berdasarkan perencanaan terpusat. Penyelenggaraan kenegaraan di Negara seperti ini biasanya bersifat etatis dengan struktur birokrasi yang sentarlistis.
Sistem ekonomi suatu Negara dikatakan bersifat khas, sehingga bisa dibedakan dari sistem ekonomi yang berlaku atau ditetapkan dinegara lain, berdasarkan beberapa sudut tinjauan antara lain :
1. Sistem pemilikan sumber daya atau factor-faktor produksi;
2. Keleluasaan masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama lain dan untuk menerima imbalan atas prestasi kerjanya;
3. Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan, dan merencanakan, kehidupan bisnis dan perekonomian pada umumnya.
?
B. KAPITALISME DAN SOSIALISME
Secara garis besar, dikenal dua sistem ekonomi yang ekstrem yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sistem Ekonomi Kapitalis mengakui pemilikan individual atas sumber daya-sumber daya ekonomi atau factor-faktor produksi. Setidak-tidaknya terdapat keleluasaan yang sangat longgar bagi orang perorangan dalam atau untuk memiliki sumber daya. Kompetisi antarindividu dalam memenuhi kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mengejar keuntungan sangat dihargai. Tidat terdapat kekangan atau batasan bagi orang perorangan dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya. Prinsip “keadilan” yang dianut oleh Sistem Kapitalis adalah setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya, campur tangn pemerintah sangat minim. Pemerintah lebih berkedudukan sebagai “pengamat” perekonomian.
Sistem Ekonomi Sosialis adalah sebaliknya. Sumber daya ekonomi atau factor produksi diklaim sebagai milik Negara. Sistem ini lebih menekankan pada kebersamaan masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perkonomian. Imbalan yang diterimakan pada orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan. Prinsip “keadilan” yang dianut adalah setiap orang menerima imbalan yang sama. Kadar campur tangan pemerintah sangat tinggi, justru pemerintahlah yang menentukan dan merencanakan tiga persoalan pokok ekonomi what (apa yang harus diproduksi), how (bagaimana memproduksinya, for whom (untuk siapa diproduksi).
Diantara kedua ekstrem sistem ekonomi tersebut, terdapat sebuah sistem lain yang merupakan “campuran” antara keduanya, dengan berbagai variasi kadar dominasinya, dan juga berbagai variasi nama dan istilahnya. Sistem Ekonomi campuran pada umumnya diterapkan oleh Negara-negara berkembang atau Negara-negara dunia ketiga. Beberapa diantaranya cukup konsisten meramu resep campurannya; dalam arti kadar kapitalismenya selalu lebih tinggi, atau bobot sosialismenya senantiasa lebih besar

C. PERSAINGAN TERKENDALI
Berdasarkan sistem pemilikan sumber daya ekonomi atau factor-faktor produksi, tak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa sistem ekonomi kita adalah kapitalistik. Sama halnya, tak cukup pula argumentasi untuk mengatakan bahwa kita menganut sistem ekonomi sosialis.
Indonesia mengakui pemilikan individual atas factor-faktor produksi, kecuali untuk sumber daya-sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Hal ini, sebagaimana diketahui bersama diatur dengan tegas dalam Pasal 33 UUD 1945. Jadi, secara konstitusional, sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme bukan pula sosialisme.
Kompetisi untuk memperbaiki taraf kehidupan, baik anatar individu maupun antar badan usaha, tidak dikekang. Sehubungan dengan persaingan antar badan usaha, tidak terdapat rintangan bagi suatu perusahaan untuk memasuki bidang usaha tertentu. Namun, untuk menghindari persaingan tak sehat dalam pasar barang tertentu yang sudah jenuh, pemerintah mengendalikannya dngan membuka prioritas-prioritas badan usaha; termasuk juga prioritas lokasi usaha. Pengendalian dimaksud ialah dengan mengumumkan Daftar Negatif Investasi (DNI).
Dalam terminologi teori mikroekonomi, atau ditinjau dari segi pengelolaan ekonomi, Indonesia tidak sepenuhnya menyandarkan perekonomian pada mekanisme pasar. Dalam beberapa hal, pemerintah turut bermain dalam perekonomian. Peran sebagai stabilisator dan dinamisator dimainkan baik oleh lembaga-lembaga departemental, pemerintah maupun melalui badan-badan usaha milik Negara.

D. KADAR KAPITALISME DAN SOSIALISME
Unsur-unsur kapitalisme dan sosialisme jelas terkandung dalam pengorganisasian ekonomi Indonesia. Untuk melihat seberapa tebal kadar masing-masing “isme” ini mewarnai perekonomian, seseorang bisa melihatnya dari dua pendekatan. Pertama, Pendekatan Faktual-Struktural, yakni menelaah peranan pemerintah atau negar adalam struktur perekonomian. Kedua, Pendekatan sejarah, yakni dengan menelusuri bagaimana perekonomian bangsa diorganisasikan dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur kadar keterlibatan pemerintah dalam perekonomian dngan factual-struktural, dapat digunakan Kesamaan Agregat Keynesian yang berumuskan : Y= C + I + G + (X – M). Dengan formula ini berarti produk atau pendapatan nasional dirinci menurut penggunaan atau sector pelakunya. Kesamaan ini merupakan rumus untuk menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran.

Variabel C melambangkan pengeluaran konsumsi masyarakat, mewakili sector orang perorangan atau rumah tangga. Variabel I melambangkan pengeluaran investasi perusahaan, mewakili sector usaha swasta. Sektor pemerintah diwakili oleh variable G yang melambangkan pengeluaran konsumsi pemerintah. Adapun variable X dan M masing-masing melambangkan ekspor dan impor mewakili sector perdagangan luar negeri Negara yang bersangkutan.

PDB Indonesia Menurut Sektor Penggunaan/ Pelaku pada Tahun 1970-1993 (Persentase, Berdasarkan Harga Berlaku)
Keterangan 1970 1975 1980 1985 1990 1995
C
I
G
X
M 79,64
14,05
9,05
13,40
16,14 69,06
20,34
9,92
22,92
22,24 60,52
20,87
10,32
30,47
22,18 58,97
28,05
11,23
22,20
20,45 53,77
36,49
8,87
25,89
25,03 52,43
35,28
9,85
28,29
25,85
PDB 100 100 100 100 100 100
Sumber: Nota Keuangan dari RAPBN RI 1991/1992

Berdasarkan alat analisis ini, dan dengan memeprhatikan data yang tercantum dalam table diatas, peranan pengeluaran konsumsi pemerintah relative konstan atau stabil, berkisar 10% dari PDB. Tidak terdapat tolak ukur untuk menegaskan apakah angka sedemikian initergolong besar atau kecil. Angka-angka dalam table itu juga perlu ditafsirkan secara lebih hati-hati. Sebuah kesimpulan yang dapat disimpulkan dari telaah ini adalah bahwa peranan konsumtif pemerintah tidak semakin membesar, bahkan cenderung menurun.
Dengan pendekatan sejarah, dapat dipelajari, betapa bangsa atau masyarakat kita tidak pernah dapat menerima pengelolaan makroekonomi yang terlalu berat ke kapitalisme ataupun sangat bias ke sosialisme. Sistem ekonomi campuran dengan persaingan terkendali, agaknya merupakan sistem ekonomi yang tepat untuk mengelola perekonomian Indonesia. Derasnya arus globalisasi bersamaan dengan bubarnya sejumlah Negara komunis utama yang bersistem ekonomi sosialisme, telah menggiring Indonesia terseret dalam arus kapitalisme.
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :
• Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Sistem merupakan suatu bagian dari kesatuan ideology kehidupan masyarakat di suatu Negara
• Sistem Ekonomi Kapitalis mengakui pemilikan individual atas sumber daya-sumber daya ekonomi atau factor-faktor produksi. Sedangkan Sistem Ekonomi Sosialis, sumber daya ekonomi atau factor produksi diklaim sebagai milik Negara.
• Dalam terminologi teori mikroekonomi, atau ditinjau dari segi pengelolaan ekonomi, Indonesia tidak sepenuhnya menyandarkan perekonomian pada mekanisme pasar. Dalam beberapa hal, pemerintah turut bermain dalam perekonomian. Di satu pihak berperan sebagai stabilisator dan di pihak lain sebagai dinamisator.
• Kadar keterlibatan Pemerintah dalam perekonomian dapat diukur dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan factual-struktural dan pendekatan sejarah.
• Untuk mengukur kadar keterlibatan pemerintah dalam perekonomian dengan factual-struktural, dapat digunakan Kesamaan Agregat Keynesian yang berumuskan : Y= C + I + G + (X – M).
• Dengan pendekatan sejarah, dapat dipelajari, betapa bangsa atau masyarakat kita tidak pernah dapat menerima pengelolaan makroekonomi yang terlalu berat ke kapitalisme ataupun sangat bias ke sosialisme.

EKONOMI RAKYAT INDONESIA

I. DEFINISI

Pertanyaan amat penting dihadapan kita sekarang, pada pertemuan pertama seri seminar 6 bulan pendalaman ekonomi rakyat, adalah apakah kita perlu mengawali dengan sebuah definisi ekonomi rakyat yang akan kita dalami dalam pertemuan-pertemuan mendatang. Memang kami (panitia) berambisi bahkan sebelum pertemuan terakhir tanggal 2 Juli 2002, semua peserta seminar, atau sebagaian besar, sudah akan benar-benar mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan ekonomi rakyat dan bagaimana kita bersikap terhadapnya. Keinginan kita yang lain tentu saja adalah untuk menghilangkan kesan amat keliru bahwa kata atau konsep ekonomi rakyat (dan ekonomi kerakyatan) adalah konsep yang baru lahir bersamaan dengan gerakan reformasi menjelang dan setelah lengsernya Presiden Soeharto (1997-98). Berkali-kali, dan dalam berbagai kesempatan, saya mendapat pertanyaan apakah konsep ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan yang akan didalami ini sama dengan konsep Adi Sasono saat menjabat Menteri Koperasi pada Kabinet Habibie. Pada saat pertemuan pakar-pakar ekonomi di Bank Indonesia Semarang tanggal 17 Januari lalu, seorang doktor ekonomi menanyakan pada saya ”mengapa bapak menggunakan istilah ekonomi rakyat, tidak demokrasi ekonomi, misalnya seperti dalam era Orde Baru?”

Harus diakui pertanyaan yang bertubi-tubi tentang ekonomi rakyat seperti ini bersumber pada salah mengerti bahwa seakan-akan konsep ekonomi rakyat ini ditemukan dan diperkenalkan oleh Adi Sasono atau Mubyarto atau Sajogyo, dan alasan pengenalannyapun tidak ilmiah tetapi hanya untuk tujuan politik yang ”populis”, yaitu untuk ”memenangkan pemilu”. Saya sungguh tidak percaya atau sulit untuk percaya bahwa mereka itu, para cerdik-pandai, belum pernah mendengar atau membaca istilah ekonomi rakyat sebelum munculnya gerakan reformasi 1997/1998. Yang benar adalah bahwa mereka mungkin pernah mendengarnya, dan mengerti bahwa ekonomi rakyat adalah sektor kegiatan ekonomi orang kecil (wong cilik) yang juga sering disebut sektor informal. Tetapi karena tahun 1997 seorang konglomerat yang sangat berkuasa merasa ”jijik” terhadap istilah ekonomi rakyat, maka semua orang ”yang tidak terlalu berkuasa” merasa perlu pula untuk ”merasa asing” dengan istilah itu. Lalu apa ganti istilah yang lebih dapat diterima atau lebih terhormat? Istilah itu adalah ekonomi kerakyatan. Istilah ekonomi kerakyatan lebih sedikit lagi orang menggunakan, dan yang sedikit ini termasuk Sarbini Sumawinata (1985). Tetapi karena istilah ekonomi kerakyatan ini dikenalkan kembali tahun 1997 oleh seorang konglomerat yang “sangat berkuasa” untuk mengganti istilah ekonomi rakyat yang tidak disukainya, maka berhasillah konsep itu masuk TAP MPR yaitu TAP Ekonomi Kerakyatan No. XVI/1998. Dan istilah ekonomi kerakyatan ini kemudian semakin dimantapkan dalam banyak TAP-TAP MPR berikutnya termasuk kemudian UU No. 25/2000 tentang Propenas. Bahwa konsep Ekonomi Kerakyatan ini merupakan konsep politik yang “dipaksakan” nampak kemudian dari penggunaannya yang simpang siur. Dan puncak dari kesimpangsiuran ini berupa keraguan Presiden Megawati dalam pidato kenegaraan 16 Agustus 2001.

Demikian dalam seminar ini kami tidak lagi akan menggunakan istilah ekonomi kerakyatan tetapi ekonomi rakyat, suatu istilah baku yang sudah dimengerti siapapun, tentunya mereka yang mau mengerti. Di Fakultas-fakultas Pertanian dikenal istilah smallholder, terjemahan dari perkebunan rakyat, disamping istilah-istilah pertanian rakyat, perikanan rakyat, pelayaran rakyat, industri rakyat, dan tentu saja perumahan rakyat. Sayang saya tidak secara tegas menjawab pertanyaan konglomerat yang disebutkan diatas pada waktu berkata, ”Pak saya kan rakyat juga?” Seharusnya waktu itu saya menjawab ”Ya, tapi, mengapa Anda tidak tinggal di perumahan rakyat, bersama rakyat-rakyat yang lain”?

Mudah-mudahan akan jelas bagi kita semua bahwa istilah ekonomi rakyat adalah istilah ekonomi sosial (social economics) dan istilah ekonomi moral (moral economy), yang sejak zaman penjajahan dimengerti mencakup kehidupan rakyat miskin yang terjajah. Bung Karno menyebutnya sebagai kaum marhaen. Jadi ekonomi rakyat bukan istilah politik ”populis” yang dipakai untuk mencatut atau mengatas namakan rakyat kecil untuk mengambil hati rakyat dalam Pemilu. Ekonomi Rakyat adalah kegiatan atau mereka yang berkecimpung dalam kegiatan produksi untuk memperoleh pendapatan bagi kehidupannya. Mereka itu adalah petani kecil, nelayan, peternak, pekebun, pengrajin, pedagang kecil dll, yang modal usahanya merupakan modal keluarga (yang kecil), dan pada umumnya tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Tekanan dalam hal ini adalah pada kegiatan produksi, bukan konsumsi, sehingga buruh pabrik tidak masuk dalam profesi atau kegiatan ekonomi rakyat, karena buruh adalah bagian dari unit produksi yang lebih luas yaitu pabrik atau perusahaan. Demikian meskipun sebagian yang dikenal sebagai UKM (Usaha Kecil-Menengah) dapat dimasukkan ekonomi rakyat, namun sebagian besar kegiatan ekonomi rakyat tidak dapat disebut sebagai ”usaha” atau ”perusahaan” (firm) seperti yang dikenal dalam ilmu ekonomi perusahaan.

Patut diingat dan dicatat terus menerus bahwa kegiatan dalam seminar kita ini, baik pikiran-pikiran yang sudah matang maupun yang masih pada tahap awal selama 6 bulan mendatang adalah benar-benar kegiatan seminar, yang seluruh pesertanya dapat dan bahkan perlu menyumbang pendapat/pikiran, sehingga pada akhir seminar pada bulan Juli nanti, konsep ekonomi rakyat benar-benar sudah menjadi konsep yang matang dan mantap.

II. EKONOMI RAKYAT SEBAGAI ASET NASIONAL

Dengan judul tulisan sebuah perintah ”Para Penguasa dan Penasehat Ahli, Bacalah ini!”, Direktur Kepustakaan Populer Gramedia, Parakitri T Simbolon menulis ”wawancara Imajiner” dengan pakar ekonomi Peru yang bukunya sedang populer dimana-mana. Mengapa? Bukunya The Mystery of Capital (2000) memang sedang diulas dan disambut secara luar biasa karena ketepatan diagnosisnya tentang ”teka-teki kemiskinan di negara-negara dunia ketiga dan eks negara sosialis”. Karena imajiner maka juga dibuat diagnosis imajiner tentang ”rahasia modal” di Bali yang mewakili masyarakat Indonesia. Di Bali ”anjing lebih pintar dari manusia” (dan dengan “bahasa Kwik Kian Gie,” pakar lebih ”bego”!), karena anjing dapat membedakan kepemilikan (aset) tuan masing-masing melalui perbedaan gonggongannya.

Hernando De Soto 10 tahun lalu menulis buku yang juga menyakinkan berjudul The Other Parth yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia seharusnya ”Ekonomi Rakyat.” Tetapi karena istilah ekonomi rakyat dianggap kata “haram” dan ”berbau komunis”, maka kata tersebut diterjemahkan ”Masih Ada jalan Lain : Revolusi Tersembunyi di Negara Dunia Ketiga”, yang kiranya tidak pernah dibaca oleh pakar-pakar ekonomi Indonesia yang “terlalu pintar” untuk memberikan perhatian pada ekonomi rakyat yang ”tidak ada apa-apanya”. ”Wong orang sudah bicara tentang globalisasi yang serba canggih kok bicara tentang ekonomi rakyat”“! Puncak rasa ”jijik” terhadap istilah ekonomi rakyat dipicu oleh konglomerat yang anak Penguasa karena sangat murka disebut “Batara Kala yang serakah” (Makassar, 1997). Demikian dalam waktu 6 bulan (September 1997 – Maret 1998), konglomerat bersangkutan, yang sangat berkuasa, bersumpah ”menghapus kata ekonomi rakyat dari GBHN 1993”, dan sejak itu muncullah kata atau istilah yang dianggap lebih terhormat yaitu ekonomi kerakyatan. Sayangnya, pemerintahan Habibie, yang tinggal menerima saja konsep ini terpaksa menelan pil pahit dianggap keliru dan ”berpolitik terlalu populis” yaitu “memusuhi konglomerat untuk membela rakyat”. Hasilnya, pakar-pakar ekonomi Neoklasik / Neoliberal menghujat konsep ekonomi kerakyatan sebagai konsep politik yang ”ideologis”, yang tak ilmiah, dan tak sesuai dengan sistem ekonomi pasar (bebas) yang mereka gandrungi, dan yang dianggap satu-satunya sistem ekonomi yang ”benar” sejak runtuhnya tembok Berlin 1989.

Demikianlah rupanya pakar-pakar ekonomi kita di Indonesia memang tidak membaca, tidak mau tahu, apalagi menerapkan konsep-konsep ”ekonomi rakyat” yang disampaikan Hernando De Soto. Itulah sebabnya, Parakitri T. Simbolon ”memerintahkan” para penguasa dan penasehat ahli Indonesia untuk membaca wawancara imajinernya dengan Hernando De Soto tentang rahasia ekonomi rakyat Indonesia sebagaimana dlihat dari kacamata ekonom Peru. Kita ragu apakah perintahnya akan dipatuhi.

Modal Mati. Konsep kunci De Soto adalah bahwa aset atau hak milik di Negara-negara berkembang tidak dapat dimanfaatkan alias mati (dead capital). Modal yang mati ini berupa rumah di tanah yang tidak jelas pemiliknya, perusahaan yang tidak berbadan hukum, dan industri tersebar yang tidak dilihat investor. Karena tidak tercatat maka kekayaan laksana ”berlian” seperti itu tidak siap dialihkan jadi modal sosial. Di Indonesia pelaku-pelaku ekonomi (rakyat) yang modalnya kecil, bahkan gurem, berasal dari pinjaman koperasi yang kecil-kecil, arisan kampung, pegadaian, atau dari keluarga dekat, tidak dianggap sebagai investasi karena investasi harus merupakan kredit besar berasal dari Bank. Demikian dalam persamaan Keynesian ekonomi makro (Y = C + I + G), rakyat kecil dianggap hanya berkonsumsi (C), sedangkan I (investasi) hanya dapat dilakukan pengusaha besar. Maka sejak krisis moneter 1997-1998 pakar-pakar ekonomi arus utama selalu menyatakan di Indonesia tidak ada lagi investasi, karena para investor ”sedang klenger”, dan bahkan para pengusaha nasional dan investor-investor asing melarikan modal mereka ke luar negeri yang ditaksir mencapai USD 10 milyar per tahun (Anwar Nasution, 2001). Mereka yang bukan pakar ekonomi disuruh percaya adanya “pelarian modal besar-besaran” ini agar untuk menahannya, atau untuk menarik kembali modal tersebut, pemerintah harus memberikan perangsang khusus berupa tax holiday atau tingkat suku bunga tinggi atau perangsang lain. Jika hal ini dilakukan maka terjadilah yang paling dikhawatirkan De Soto, modal dan kekayaan dalam negeri yang potensial lebih diabaikan (dimatikan) lagi.

Kebiasaan menganggap enteng pemodal dalam negeri (domestik) terutama dari ekonomi rakyat (kecil), dan kekaguman pada modal asing, makin menonjol setelah dibukanya pasar uang dan pasar modal di Jakarta (BEJ, 1977). Mengapa? Karena dalam BEJ berkumpul para ”fund manager” dari seluruh dunia yang pekerjaan utamanya memang “berdagang uang” dan melipatgandakan nilai uang mereka. Makin besar untung mereka sebagai pedagang uang makin besar penghasilan mereka. Uang atau modal yang dijualbelikan di BEJ ini bisa secara keliru dianggap sebagai “investasi asing yang riil”, dan penarikannya ke luar negeri dianggap pelarian modal (capital flight), padahal sebenarnya tidak demikian. Banyak modal asing ini sekedar diperdagangkan di Jakarta dan tidak pernah diinvestasikan disektor riil.

Dari trilyunan dolar Amerika yang diperjualbelikan sehari-hari, hanya 5 % yang berkaitan dengan perdagangan dan transaksi ekonomi substantif lainnya. Sembilan puluh lima persen sisanya terdiri dari spekulasi dan arbitrase, saat para pedagang yang memiliki sejumlah besar uang mencari keuntungan yang cepat dari fluktuasi nilai tukar dan perbedaan suku bunga.2)

2) Giddens, Anthony, ”The Third Way, Jalan Ketiga”, Pembaharuan Demokrasi sosial, Gramedia, 1999, hal 172

“Prospek” Indonesia Masa Depan. Banyak ilmuwan Indonesia ”merasa bisa” meramalkan masa depan Indonesia tanpa secara sungguh-sngguh menjelaskan mengapa kita mempunyai masalah yang kita hadapi sekarang. Jika ilmuwan kita ”meramal” ke depan dan memberikan resep-resep kebijakan agar masa depan itu lebih baik, tanpa menerangkan ”sejarah” terjadinya masalah riil yang kita hadapi sekarang, maka tentulah ilmuwan yang bersangkutan menyusun ”asumsi-asumsi” yang jika, dan hanya jika (asumsi-asumsi terpenuhi), kebijakan-kebijakan yang dianjurkan akan dapat berjalan. Namun, jika ilmuwan menggunakan terlalu banyak asumsi yang tidak realistis, maka berarti ilmuwan yang bersangkutan hanya berteori (berpikir deduktif), padahal banyak teori-teori ekonomi yang berasal dari Barat ini sering keliru atau tidak tepat bagi Indonesia.

Demikian ilmu ekonomi sebenarnya akan lebih bermanfaat jika dapat ”menjelaskan” berbagai sebab-akibat dari fenomena masyarakat, dan dari penjelasan-penjelasan tersebut masyarakat dapat mawas diri dan mengoreksi kekeliruan-kekeliruan yang telah dibuat di masa lalu. Mawas-diri dan mengoreksi merupakan syarat bagi ditemukannya tindakan atau kebijakan yang lebih baik di masa datang. Dianjurkan kepada para cerdik-pandai terutama pakar-pakar ekonomi untuk lebih menahan diri dan tidak terlalu suka “meramalkan” masa depan dengan analisis atau pernyataan-pernyataan remedial (dengan resep-resep atau obat-obat) tanpa data-data empirik kenyataan masa lalu dan masa sekarang.

Dalam bidang ekonomi, kesalahan paling mendasar adalah sangat tidak memadainya rasa nasionalisme para pemimpin ekonomi kita. Perwujudan rasa nasionalisme yang rendah (lebih kagum globalisasi) sama dengan rendahnya rasa percaya diri, yang dalam krisis moneter 1997-1998 hampir hilang sama sekali. Maka mengembangkan rasa percaya diri, bahwa bangsa Indonesia akan mempunyai kemampuan mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi dengan upaya sendiri, mutlak diperlukan. Hernando De Soto dengan menyakinkan menunjuk pada ”berlian” di negara-negara berkembang yang tak pernah dikenali oleh pemerintah maupun para perencana pembangunan. Inilah potensi domestik, yaitu kekuatan “ekonomi rakyat” yang telah terbukti tahan-banting dalam situasi krismon, dan telah menyelamatkan ekonomi Indonesia dari kehancuran total. Bahwa ekonomi Indonesia hanya mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) satu tahun saja pada tahun 1998, dan mulai tahun 1999 dan seterusnya sudah tumbuh positif (meskipun kecil), hendaknya dicatat sebagai bukti bahwa sektor ekonomi rakyat dalam waktu pendek telah pulih kembali meskipun ekonomi sektor modern masih menghadapi kesulitan.

Penutup. Kami selalu menahan diri dan tidak tertarik menulis ”prospek masa depan”, dengan alasan yang kami ajukan diatas yaitu bahwa tugas ilmuwan lebih baik ”menjelaskan” bukan ”meramal”. Menyusun prospek dalam bidang ekonomi lebih perlu lagi untuk tidak dilakukan secara gegabah karena teori-teori ekonomi yang ada, yang berasal dari Barat, pada umumnya tidak realistis, karena banyak menggunakan asumsi-asumsi yang sulit dipenuhi. Satu contoh kekeliruan fatal dari teori ekonomi Neoklasik/Neoliberal dari Barat sudah terjadi yaitu ketika krismon 1997-1998 diramalkan “tidak mungkin terjadi di Indonesia”. Dewasa ini pakar-pakar ekonomi bersilang pendapat tentang bisa tidaknya krisis ekonomi ala Argentina menyerang Indonesia. Dalam hal seperti ini kami selalu menolak untuk membuat ramalan. Yang kiranya cukup jelas adalah bahwa para pemimpin ekonomi Indonesia baik dari kalangan pemerintah, dunia bisnis, atau dari kalangan pakar, kami himbau untuk berpikir keras menyusun aturan main atau sistem ekonomi baru yang mengacu pada sistem sosial dan budaya Indonesia sendiri. Jika Pancasila kita terima sebagai ideologi bangsa, maka kita tidak perlu merasa ragu-ragu mengacu pada Pancasila lengkap dengan lima silanya dalam menyusun sistem ekonomi yang dimaksud.

Sistem Ekonomi Pancasila mencakup kesepakatan ”aturan main etik” sebagai berikut:

1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa: Perilaku setiap warga Negara digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: Ada tekad seluruh bangsa untuk mewujudkan kemerataan nasional;

3. Persatuan Indonesia: Nasionalisme ekonomi;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan: Demokrasi Ekonomi; dan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

Demikian ”prospek” masa depan ekonomi Indonesia, pada hemat kami sangat tergantung pada kesediaan untuk menerima dan melaksanakan ”aturan main etik”, (ada yang menyebutnya sebagai ”kontrak sosial”). Apapun namanya, sebaiknya kita tinggalkan aturan main, atau sistem ekonomi kapitalis liberal (atau Neoliberal) yang sejauh ini dianggap ”tak terelakkan”. Kita harus berani mengelak dari nasehat-nasehat dari luar, atau dari pakar-pakar yang terlalu silau atau terlalu yakin akan kebenaran teori-teori ekonomi dari luar. Indonesia harus percaya diri menyusun aturan main yang paling cocok bagi kepribadian Indonesia.

III. EKONOMI RAKYAT DI MATA TEKNOKRAT

1. Sajogyo dan Widjojo Nitisastro

Pada tahun 1978 dalam sebuah artikel ilmiah populer di harian Kompas berjudul Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan, Sajogyo, yang sosiolog, ”mengambil oper” peranan pakar ekonomi dengan menetapkan garis kemiskinan pada tingkat pendapatan pertahun setara 240 kg nilai tukar beras / orang. Sajogyo menghitung ada 42,7 juta orang miskin (36,4%) di Indonesia (1970), yang 6 tahun kemudian (1976) turun persentasenya menjadi 33,4 %, meskipun dalam jumlah orang meningkat menjadi 45,1 juta. Peranan sebagai ekonom ini dilakukan Sajogyo sejak 1976 ketika mengeluh mengapa ekonom Indonesia tidak menanggapi hasil penelitian tentang kemiskinan di Sriharjo yang 3 tahun sebelumnya (1973) sudah dibahas dimana-mana di kalangan ilmuwan ekonomi pertanian internasional. Sajogyo kecewa ekonom Indonesia lebih banyak memikirkan masalah-masalah makroekonomi perdagangan dan keuangan internasional (konglomerasi dan globalisasi), dan tidak menyediakan waktu memikirkan ekonomi rakyat atau nasib penduduk miskin yang jumlahnya banyak dan senantiasa meningkat.

Pada tahun 1966, Widjojo Nitisastro, yang Dekan Fakultas Ekonomi, dengan dukungan rekan-rekannya dan mahasiswa FE-UI, mengumandangkan tekad melaksanakan pasal-pasal 23,27,33, dan 34 UUD 1945, dan bertekad mengamalkan Pancasila dan perbaikan ekonomi rakyat. Rumusan hasil kesimpulan seminar mahasiswa FE-UI selanjutnya menjadi landasan TAP No. XXIII/MPRS/1966.

Pada tahun 1933, Bung Hatta yang sarjana ekonomi tamatan Sekolah Tinggi Ekonomi di Nederland(1932), menulis kata pengantar dalam majalah Daulat Rakyat sebagai berikut :

Tani sendiri tidak berkuasa lagi atas padi yang ditanamnya. Padi masak orang lain yang punya. Produksi tinggal di tangan bangsa kita, tetapi distribusi atau pejualan sudah ditangan bangsa asing. Bertambah banyak perpecahan produksi, bertambah kuasa kaum pembeli dan penjual, semakin terikat ekonomi rakyat.3)

3) M. Hatta, Kolektivisme Tua dan Baru, Daulat rakyat, No. 25, 10 Oktober 1933

Demikian jika tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin ekonomi kita di masa lalu begitu bersemangat memihak kepetingan ekonomi rakyat dan berpikir atau bekerja keras mengangkat derajat orang kecil yang miskin, adalah aneh jika ekonom-ekonom muda masa kini begitu percaya dan menggantungkan diri pada konsep pertumbuhan ekonomi dan begitu mengagung-agungkan persaingan bebas yang dianggap hasilnya pasti akan ”menetes ke bawah”. Prinsip demokrasi ekonomi dan asas kekeluargaan, misalnya, yang dirumuskan Hata dan dibela oleh Widjojo dkk, sekarang dianggap tidak relevan lagi setelah globalisasi.

2. Selo Soemardjan

Selo Soemardjan yang menerima Anugrah Hamengkubuwono IX tanggal 19 Januari 2002 menyampaikan orasi ilmiah di Pagelaran Keraton Yogyakarta dengan Judul Pluralisme Budaya Indonesia (Suatu Tinjauan Sosiologis). Dari orasi dengan judul yang sangat netral dan sederhana terungkap keprihatinan mendalam tentang mulai pudarnya nasionalisme Indonesia, yaitu kesetiaan pada pluralisme budaya (kebhinekaan). Patriotisme dan nasionalisme seperti yang diikrarkan Pemuda-pemudi Indonesia tahun 1928 sekarang hampir hilang karena suku-suku bangsa di pelosok-pelosok seluruh Indonesia mulai pudar kepercayaannya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berpusat di Jakarta.

Namun yang kini lebih memprihatinkan lagi bukanlah makin pudarnya rasa nasionalisme suku-suku bangsa kecil-kecil yang jauh dari Jakarta, tetapi makin pudarnya rasa nasionlisme para pakar yang menganggap paham globalisme lebih kuat atau lebih benar ketimbang ideologi nasional. Maka Pancasila dan UUD yang telah disepakati para pendiri Republik Indonesia tahun 1945 juga mulai dipertanyakan karena dianggap tidak lagi relevan atau ketinggalan zaman. Mencontoh negara-negara lain yang lebih maju dari Indonesia yang menganggap sistem ekonomi kapitalisme sebagai satu-satunya jalan ke kemajuan, maka ”tidak perlu lagi Indonesia “terikat” pada atas kekeluargaan atau kegotong-royongan yang terpancar dari Pancasila”.

Demikian dari uraian sosiologis Selo Soemardjan tentang pergolakan etnik di daerah-daerah yang sudah berlangsung 4 tahun terakhir, dan keluhan Sajogyo tentang tidak cekatannya pakar-pakar ekonomi menanggapi masalah kemiskinan dan ekonomi rakyat di Indonesia, pakar-pakar ekonomi perlu benar-benar mawas diri. Kami sendiri berpendapat ketidaktajaman cara berpikir pakar-pakar ekonomi, dan menurunnya rasa nasionalisme, disebabkan ilmu ekonomi telah kita jauhkan dari ilmu sosiologi. Ilmu ekonomi ala Samuelson yang semakin kuantitatif harus kita akui sebagai ”biangkeladi” dari kekeliruan ini. Dan yang paling fatal ilmu ekonomi Neoklasik Barat kini kita pelajari dan kita ajarkan sebagai agama (Robert Nelson, Economics as Religion, 2001)

3. Ekonomi Moral

Jika disadari bahwa buku Smith tahun 1759 berjudul The Theory of Moral Statements, padahal kita hanya mengajarkan ke pada mahasiswa kita buku ke duanya yaitu The Weath of Nations (1776), kiranya kita para dosen ilmu ekonomi harus mengaku ”berdosa” atau paling sedikit mengakui kekeliruan kita. Mengapa mahasiswa ekonomi hanya memahami manusia sebagai ”homo ekonomikus”, dan bukan sebagai ”homo moralis” atau ”homo socius” ? Itulah, karena ilmu ekonomi kita ajarkan sebagai ilmu yang super spesialistik, yang matematik, sehingga sifatnya sebagai ilmu sosial menjadi hilang. Memang Kenneth Boulding telah berjasa mengingatkan bahwa ilmu ekonomi dapat dipelajari sebagai :

(1) ilmu ekologi;

(2) ilmu perilaku;

(3) ilmu politik;

(4) ilmu matematik;

(5) ilmu moral.

Tetapi berapa banyak di antara kita yang membahasnya atau menyinggung di ruang kuliah sebagai ilmu moral? Sangat sedikit, karena kita lebih suka menganggap ilmu ekonomi sebagai ilmu positif (positive science), dan cenderung mengejek ekonom lain yang mengajarkannya sebagai ilmu yang normatif (normative science). Terhadap konsep Ekonomi Pancasila yang pernah mencuat di wacana nasional, ada Ekonom Senior kita yang mengejek bahwa “tidak ada gunanya mengajarkan ilmu surga di dunia”

Karena tidak banyak manfaatnya lagi mengingatkan kritik-kritik radikal terhadap ilmu ekonomi seperti Paul Ormerod dalam The Death of Economics (1994), (karena buku seperti ini pasti sudah ”disingkirkan” sejak awal), maka buku klasik Kenneth Boulding diatas kiranya lebih tepat untuk dikutip.

Our graduate schools may easily be producing a good deal of the ”trained incapacity”, which Veblen saw being produced in his day, and this is a negative commodity unfortunately with a very high price.4)

4) Boulding, Kenneth, E. Economics as a Science, Tata McGraw-Hill, Bombay 1970, op. cit.hal 156

Kami sangat khawatir kita tidak terlalu peduli apakah sarjana-sarjana ekonomi yang kita hasilkan akan merupakan ”trained incapacity” atau bukan? Mudah-mudahan melalui diskusi-diskusi ini makin banyak dosen di fakultas-fakultas ekonomi yang tersadar, berpikir, dan menjadi peduli pada misi pendidikan kita sekarang dan di masa depan. Jika tidak kita patut bertanya, Quo Vadis Fakultas Ekonomi Kita?

IV. PENUTUP

Ekonomi Rakyat adalah kancah kegiatan ekonomi orang kecil (wong cilik), yang karena merupakan kegiatan keluarga, tidak merupakan usaha formal berbadan hukum, tidak secara resmi diakui sebagai sektor ekonomi yang berperanan penting dalam perekonomian nasional. Dalam literatur ekonomi pembangunan ia disebut sektor informal, “underground economy”, atau “ekstralegal sector”. Alfred Marshall bapak ilmu ekonomi Neoklasik (1890) memberikan definisi ilmu ekonomi sebagai berikut :

Economics is a study of men as they live and move and think in the ordinary business of life. But it concerns itselft chiefly with those motives which affect, most powerfullly and most steadily, man’s conduct in the business part of his life.5)

5) Alfred Marshall, Principles of Ecoomics, Macmillan, 1948, op.cit. hal 14

Ekonomi kerakyatan menunjuk pada sila ke-4 Pancasila, yang menekankan pada sifat demokratis sistem ekonomi Indonesia. Dalam demokrasi ekonomi Indonesia produksi tidak hanya dikerjakan oleh sebagian warga tetapi oleh semua warga masyarakat, dan hasilnya dibagikan kepada semua anggota masyarakat secara adil dan merata (penjelasan pasal 33 UUD 194).

Demikian ekonomi rakyat memegang kunci kemajuan ekonomi nasional di masa depan, dan sistem ekonomi Pancasila merupakan “aturan main etik” bagi semua perilaku ekonomi di semua bidang kegiatan ekonomi.


Prof. Dr. Mubyarto : Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM dan Ketua Yayasan Agro Ekonomika

Makalah disampaikan pada Pertemuan I Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, YAE-Bina Swadaya, di Financial Club, Jakarta, 22 Januari 2002.

BACAAN

Boulding, Kenneth, E. Economics as a Science, Tata McGraw-Hill, Bombay 1970

Lunati, M. Teresa, Ethical Issues in Economics from Altruism to Cooperation to Equality, St. Marten’s Press, New York, 1997.

Mubyarto, membangun Sisem Ekonomi, BPFE, 2000

———, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi, BPFE, 2001

———, Amandemen Kostitusi dan Pergulatan Pakar Ekonomi, Aditya Media, 2001.

———, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Peranan Ilmu-ilmu Sosial, YAE, 2002

Nagvi, Syed Nawab Haider, Ethics and Economics, An Islamic Synthesis, The Islamic Foundation, London, 1981.

Nelson, Robert H, Economics as Religion, from Samuelson to Chicago and Beyond, Pennsylvania State UP, 2001

Svedberg, Richard, Max Weber and the Idea of Economic Sociology, Princeton UP, Princeton, 1998

Weber, Max, The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism, Charles Scribner, New York, 1905

Wilson, Rodney, Economics, Ethics, and Religion, Macmillan, 1997.